Terkini

banyak semoga untuk kita

Gambar
hai teman frasa. rasanya sudah lama tidak saling sapa ya.  kita pernah menghabiskan waktu untuk menebak-nebak hidup. kita pernah duduk di tempat luas yang lapang untuk menerka-nerka kisah apa ya yang akan terjadi selanjutnya. kita pernah mengira-ngira jalan mana lagi yang akan jadi persimpangan dan pos berhenti. banyak harap yang tumbuh mekar berhamburan pada dunia kamu dan mungkin kita yang akhir-akhir kemarin sering banyak keresahan. dunia yang nyala padam di tengah lalu lalang banyak orang.  katamu, kita bukan pusat semesta, maka tidak ada yang berkewajiban senantiasa mengerti pelik isi kepala dan ruam jiwa yang membiru. kita berulang kali menyampaikan semoga di antara kata mudah-mudahan. semacam semoga kita sampai meski jalannya sangat jauh. semoga kita terus tabah meski seluruh kita sama-sama baru menjadi manusia dewasa pertama kalinya. di antara kosakata kacau dan jalan buntu, kita terus berusaha mencari pintu terbuka untuk berdiri, sekali lagi.  kita pernah berpikir

ini tentang kata, kota dan kita

di kota jauh yang asing dan sibuk, aku menemukan dirimu seorang diri melakukan pekerjaanmu terlihat dengan sukacita. kadang, kau kelelahan hingga tak sempat menjawab pesan apa kabar atau bagaimana hari ini. kau menyelesaikan senja dengan kepenatan dan cerita yang meluap-luap.

ada yang siap menjadi telinga itu. barangkali aku? 
atau rumah-rumah lain yang tak segan menyediakanmu pintu meski kau tahu orang-orang bebas menjadi lupa perihal dimana ia letakkan kuncinya.

aku coba menelusuri isi kepalamu lewat lagu-lagu yang kau dengarkan saat tengah malam. lukisan abstrak yang kau potret diam-diam. gurat awan dan riak laut yang kau simpan gambarnya dengan senang, juga barangkali angin yang meniup anak rambutmu hingga kedua matamu melihat kearahku.

katamu, "kita tak perlu alasan apa-apa untuk mencintai dan menyayangi"
persis di inti jantungku, "kau akan terus menyayangi biru tanpa kau kenali sebabnya sekalipun ia akan pudar untuk siap jadi warna baru yang lebih biru".

di tengah keramaian yang mengisi hingga sesak dunia luar, kau gugup mencari jalan menuju pulang seperti saat sebuah kota tak dibentang apapun kecuali kekakuan kita yang kekanakan. aku mendapati dirimu tangguh dan rapuh di satu waktu yang utuh. aku melihat diriku di sana. dalam legam dan diam bola matamu. dalam senyum lirih dan sunyi yang kau rawat hati-hati.

kau menjelma menjadi sosok kuat yang mandiri dan tahan terpaan badai. di waktu yang sama pula, kau melepaskan atribut kekuatan yang kau gemakan, kau pulang pada telingaku untuk bercerita bahwa kau hidup dengan baik-baik saja tapi tidak baik-baik saja, juga.

di dalam dirimu yang terbiasa diguncang, kau merawat satu rumah sampai hari ini. ia terus hidup. sama sepertimu. aku membaca dirimu dari jauh dan dekat, aku membaca dirimu melalui waktu yang tak pernah kau ketahui dimana ia letakkan tanda titik milik kita.

Komentar

Advertisement

Postingan populer dari blog ini

Senandika dan Dara

Bukan Sekarang, Mungkin Nanti

K E H I L A N G A N

Part of @baitfrasa_id

Find Us on Instagram !!!