Terkini

banyak semoga untuk kita

Gambar
hai teman frasa. rasanya sudah lama tidak saling sapa ya.  kita pernah menghabiskan waktu untuk menebak-nebak hidup. kita pernah duduk di tempat luas yang lapang untuk menerka-nerka kisah apa ya yang akan terjadi selanjutnya. kita pernah mengira-ngira jalan mana lagi yang akan jadi persimpangan dan pos berhenti. banyak harap yang tumbuh mekar berhamburan pada dunia kamu dan mungkin kita yang akhir-akhir kemarin sering banyak keresahan. dunia yang nyala padam di tengah lalu lalang banyak orang.  katamu, kita bukan pusat semesta, maka tidak ada yang berkewajiban senantiasa mengerti pelik isi kepala dan ruam jiwa yang membiru. kita berulang kali menyampaikan semoga di antara kata mudah-mudahan. semacam semoga kita sampai meski jalannya sangat jauh. semoga kita terus tabah meski seluruh kita sama-sama baru menjadi manusia dewasa pertama kalinya. di antara kosakata kacau dan jalan buntu, kita terus berusaha mencari pintu terbuka untuk berdiri, sekali lagi.  kita pernah berpikir

Senandika dan Dara


---
Sebelum tokoh "Langit dan Awan" bait frasa dan pena.maulida_id tercipta, jauh di masa-masa ke belakang, sempat muncul sebuah imaji yang rasanya abadi menempel dalam isi kepala. Selamat hari lahir, Senandika dan Dara. Sebuah kompilasi dari segenap semesta dan isi di dalamnya.


Selamat baca. Salam senang 🖤
. . .

Terdengar isak dari seresah anggur pada malam pukul tiga. Sepi yang cuma disesap sendiri. Cakap yang tak pernah sampai ke telinga. Melebur, berangsur, hampir gugur.
Purnama tidak pernah hilang, Sayang. Parasnya bersembunyi di bilik perasaanku yang tidak cukup kalau untuk menampung dan menumpang sebuah rindu. Purnama tidak pernah tidur, Sayang. Dia berselimut dengan pengharapan bahwa esok pagi aku beranjak membangunkanmu seraya menyambut fajar yang rasanya selalu baik isinya. Purnama tidak pernah marah, Sayang. Dia menyimpan setiap cemas pada relung yang dibasuh tulang rindu pun nyaman yang tidak pernah palsu.

Katakan padaku, Dara. Bagaimana Tuhan mengisi setiap celah air di bola matamu yang menderu sendu? Dua takaran manis syurga dan separuh rasa monstera. Sekelumit tatapan yang aku teguk dengan seksama menyaksikan sepasang retina utuh yang cekatan membuatku luluh. Kalah kembali, kali ini.

Bibir yang selalu merekah. Merah muda yang tidak kalah menyenangkannya dari lembah di Alpenia. Ceritakan padaku, Sayang. Apakah kau lebih suka menatap langit di malam hari dengan sedikit lengkungan garis senja di tepinya? Apakah kau mungkin lebih suka dengan kerlip bintang Utara yang disenggami sinar Carina di dataran Swiss saat malam hampir merayakan sukacita Natal? Pundak ini akan dan selalu siap menjadi penawarmu saat akan pulang. Sebuah pintu yang tanpa diketuk akan mempersilahkan sang bahagia menyelami perasaan.

Jujurlah sekarang, Sayang. Bagaimana supaya setiap liuk rinduku sampai di jemari lembutmu yang mengalir duka berwarna biru? Apakah rumah memang yang selalu tampak? Bagaimana dengan ini? Sebuah atap dari daun stroberi dan dinding kayu manis yang tidak istimewa. Mampukah membawa anila tenteram bersamanya?

Komentar

Advertisement

Postingan populer dari blog ini

Bukan Sekarang, Mungkin Nanti

K E H I L A N G A N

Part of @baitfrasa_id

Find Us on Instagram !!!