Terkini

banyak semoga untuk kita

Gambar
hai teman frasa. rasanya sudah lama tidak saling sapa ya.  kita pernah menghabiskan waktu untuk menebak-nebak hidup. kita pernah duduk di tempat luas yang lapang untuk menerka-nerka kisah apa ya yang akan terjadi selanjutnya. kita pernah mengira-ngira jalan mana lagi yang akan jadi persimpangan dan pos berhenti. banyak harap yang tumbuh mekar berhamburan pada dunia kamu dan mungkin kita yang akhir-akhir kemarin sering banyak keresahan. dunia yang nyala padam di tengah lalu lalang banyak orang.  katamu, kita bukan pusat semesta, maka tidak ada yang berkewajiban senantiasa mengerti pelik isi kepala dan ruam jiwa yang membiru. kita berulang kali menyampaikan semoga di antara kata mudah-mudahan. semacam semoga kita sampai meski jalannya sangat jauh. semoga kita terus tabah meski seluruh kita sama-sama baru menjadi manusia dewasa pertama kalinya. di antara kosakata kacau dan jalan buntu, kita terus berusaha mencari pintu terbuka untuk berdiri, sekali lagi.  kita pernah berpikir

We're back!


---
Ketemu sama Langit dan Awan lagi. 

Ada tokoh-tokoh di dalam kepala yang minta buat diselesaiin satu-satu. asli takut, 'cause i've really never made a plot about both of them. so can i write it again?

"kalau naik kereta nggak bisa bikin kita sampai ke tujuan, kamu mau naik apa?" tanya Awan. setelah gagal mendengarkan Romansa Karina di kereta terakhir kemarin, Awan menabung banyak pertanyaan buat Langit.

" nggak perlu naik apa-apa. jalan kaki aja. toh nanti sama-sama sampai kan?" jawab Langit sambil menyimpulkan senyumnya.

"berarti kalau ada yang ngajak kamu ke satu tujuan pakai kendaraan, kamu tetap milih jalan kaki?" , Awan selalu ingin tahu. Awan selalu tahu kalau Langit punya seribu jawaban yang tidak terduga. 

"memangnya siapa yang mau ngajak pergi ke satu tujuan? kayaknya selama aku jalan kaki, nggak ada bendera yang kasih isyarat kalau ada yang mau pergi bareng-bareng", kali ini Langit menjawab dengan lugas. kali ini Langit tidak seperti biasanya

"kalau dia ternyata mau kasih tahu kamu dimana bisa melihat dandelion yang cantik, ujung pelangi atau matahari terbenam, apa kamu tetap mau jalan kaki dan tidak peduli?" Awan seakan mendesak Langit supaya ia ingin pergi ke tujuan itu. tujuan yang Awan sendiri ragu

"aku peduli, selalu peduli. tapi di beberapa kesempatan, kayaknya kata pergi terdengar lebih menakutkan daripada kata hilang. aku sedang tidak di dalam lingkaran itu. pergi punya dua tujuan yang nggak mudah, pertama berangkat. kedua pergi untuk pindah. pergi untuk mencari tempat baru. dan kayaknya Langit masih sayang sama langit dan laut yang ada disini. nggak perlu pindah" jawaban panjang Langit membuat Awan lupa sedetik untuk bernapas. dadanya sesak, tetapi ia melempar satu kalimat yang...

"tapi kata pergi kali ini supaya kita bisa kembali lagi. ada yang mau bawa kamu cari foto langit yang tidak cuma isinya senja tapi juga fajar dan purnama. pergi tidak selalu berarti meninggalkan kan?" Awan menatap mata Langit dengan degup jantungnya yang kian cepat.

"jadi kembali juga tidak selalu berarti pulang?" Langit menutup obrolan.

Komentar

Advertisement

Postingan populer dari blog ini

Senandika dan Dara

Bukan Sekarang, Mungkin Nanti

K E H I L A N G A N

Part of @baitfrasa_id

Find Us on Instagram !!!