---
tentang memaafkan, tentang mengikhlaskan, seni hidup untuk menjadi manusia di bumi.
hidup berjalan dengan terjalnya, melewati jalan-jalan penuh batu, duri, jerami yang pelan-pelan melukai. hidup tidak berjalan mulus seperti permukaan daun murbei. dan sesekali manusia dilemparnya ke dalam satu titik hidup yang membuatnya sadar "ah, susahnya jadi manusia".
siapapun di dunia ini pernah terluka. oleh apapun atau oleh siapapun. dari luka yang meninggalkan bekas itu, manusia memilih antara 2 hal, mengingat betapa sakitnya luka itu untuk kemudian mati-matian melupakannya dan menerima sedalam-dalamnya luka itu untuk kemudian memaafkan rasa sakitnya. kamu ada di pilihan ke berapa?
terimalah luka yang mampir ke hidup kita yang seperti roller coaster ini. lihat baik-baik bagian yang terluka. lalu cari obatnya. jika sudah sembuh, nikmati bahwa luka itu akan meninggalkan rasa sakit yang sedikit perih karena ia mengelupas dan mengering. setelah luka itu hilang, terimalah bekas luka yang mungkin tidak akan bisa sirna. setelah diterima, waktunya memaafkan. memaafkan apa? memaafkan yang melukai, memaafkan rasa perihnya, memaafkan bekasnya, memaafkan apa saja di antara luka-luka itu. sekarang waktunya di tahap terakhir, mengikhlaskan. mengikhlaskan kalau luka itu akan tetap jadi bagian dari hidup kita, mengikhlaskan kalau bekasnya mungkin akan abadi, mengikhlaskan kalau dari luka-luka yang sempat singgah kita akan selalu mendapat buku pelajaran yang tidak akan ditemukan di toko buku manapun, kecuali dari luka itu sendiri. "oh maksudnya begini", "oh ternyata gapapa", "oh jadi ini hikmahnya".
seni maaf dan seni ikhlas untuk jadi manusia di bumi harus terus lestari dan panjang umur. ketika maaf dan ikhlas selalu tumbuh dari apapun yang melukai, maka melepaskan dan merelakan tidak akan jadi sesuatu yang nihil dilakukan. maaf ada bukan untuk menutup luka tetapi mengobati. ikhlas ada bukan untuk melupakan luka tetapi berdamai dengannya. dua seni untuk menjalani lakon sebagai wayang yang punya dalang.
kalau kata puthutea hidup ini brengsek, dan aku dipaksa menikmatinya. sepertinya kita juga.
Komentar
Posting Komentar