Terkini

banyak semoga untuk kita

Gambar
hai teman frasa. rasanya sudah lama tidak saling sapa ya.  kita pernah menghabiskan waktu untuk menebak-nebak hidup. kita pernah duduk di tempat luas yang lapang untuk menerka-nerka kisah apa ya yang akan terjadi selanjutnya. kita pernah mengira-ngira jalan mana lagi yang akan jadi persimpangan dan pos berhenti. banyak harap yang tumbuh mekar berhamburan pada dunia kamu dan mungkin kita yang akhir-akhir kemarin sering banyak keresahan. dunia yang nyala padam di tengah lalu lalang banyak orang.  katamu, kita bukan pusat semesta, maka tidak ada yang berkewajiban senantiasa mengerti pelik isi kepala dan ruam jiwa yang membiru. kita berulang kali menyampaikan semoga di antara kata mudah-mudahan. semacam semoga kita sampai meski jalannya sangat jauh. semoga kita terus tabah meski seluruh kita sama-sama baru menjadi manusia dewasa pertama kalinya. di antara kosakata kacau dan jalan buntu, kita terus berusaha mencari pintu terbuka untuk berdiri, sekali lagi.  kita pernah berpikir

Laut Siap Jadi Tempatmu Pulang

__

sesekali semua orang ingin menangis sekeras-kerasnya. meneteskan air mata sejatuh-jatuhnya. meluapkan kesedihan sebanyak-banyaknya. kita sesekali seakan perlu lari ke padang rumput yang luas, lautan yang jauh, atau menyusuri jalanan kereta api tanpa diketahui seorang pun. saat itu, kita ingin cuma ada diri sendiri saja. tidak ada yang lain. sehingga tidak perlu malu karena telah menangis sangat lama. tidak perlu takut akan ditanyai kenapa merenung sendirian. tanpa harus susah-susah mencari jawaban atas pertanyaan yang seringkali kita tidak ingin dengar.

kita ingin sesekali melepaskan semua beban yang bergumul di dalam pikiran pun perasaan. pergi sejauh mungkin. pergi selama mungkin. tanpa bertemu siapapun. tanpa harus menemukan alasan apakah kita harus kembali atau biar tetap pergi saja. kita ingin bercerita kepada yang bersedia mendengar lebih lama. tanpa menghakimi benar salahnya. tanpa mencaci kurang lebihnya.

aku pergi ke laut Bu. aku pergi ke sana. ke tempat paling luas yang ada di bumi. aku menangis disana Bu. aku bercerita kenapa seringkali hidup tidak adil. kenapa kita seringkali terbentur oleh gagal dan jatuh berkali-kali. kenapa manusia-manusia seringkali ingin menang sendiri. apakah perasaan manusia ada gantinya Bu? apakah luka-luka yang kita gores dan kita dapatkan akan bisa pulih seperti sebelumnya Bu? bagaimana kalau ternyata kita tidak sampai di ujung jalan yang kita mau? bagaimana kalau ternyata kita tidak benar-benar memiliki apapun.

laut jadi ia yang paling setia setelah bulan. kenapa laut tidak pernah menyurutkan ombaknya sedikitpun sebab laut tahu, masih akan banyak yang berkunjung padanya. sekadar duduk di atas pasir. sendirian. bercerita sepuasnya karena ia cuma butuh didengarkan oleh laut yang diam. yang tidak berbicara, tapi laut mengirim debur ombaknya supaya tidak ada kata sepi. tidak ada kata sunyi. apakah setiap orang akan mengasihani perasaannya masing-masing Bu? bagaimana jadinya bila perasaan kita cuma ingin diterima?

siapa yang bersedia mendengarkan tanpa mencela sedikitpun selain bulan? langit? laut? atau rintik hujan yang kita dengar diam-diam tidak pernah tahu apa yang berisik di dalam pikiran

potret : pinterest

=====================================

Temukan kami di Instagram:
@pena.maulida_id 
@laylatulmaulida_

Komentar

Advertisement

Postingan populer dari blog ini

Senandika dan Dara

Bukan Sekarang, Mungkin Nanti

K E H I L A N G A N

Part of @baitfrasa_id

Find Us on Instagram !!!