Terkini

banyak semoga untuk kita

Gambar
hai teman frasa. rasanya sudah lama tidak saling sapa ya.  kita pernah menghabiskan waktu untuk menebak-nebak hidup. kita pernah duduk di tempat luas yang lapang untuk menerka-nerka kisah apa ya yang akan terjadi selanjutnya. kita pernah mengira-ngira jalan mana lagi yang akan jadi persimpangan dan pos berhenti. banyak harap yang tumbuh mekar berhamburan pada dunia kamu dan mungkin kita yang akhir-akhir kemarin sering banyak keresahan. dunia yang nyala padam di tengah lalu lalang banyak orang.  katamu, kita bukan pusat semesta, maka tidak ada yang berkewajiban senantiasa mengerti pelik isi kepala dan ruam jiwa yang membiru. kita berulang kali menyampaikan semoga di antara kata mudah-mudahan. semacam semoga kita sampai meski jalannya sangat jauh. semoga kita terus tabah meski seluruh kita sama-sama baru menjadi manusia dewasa pertama kalinya. di antara kosakata kacau dan jalan buntu, kita terus berusaha mencari pintu terbuka untuk berdiri, sekali lagi.  kita pernah berpikir

Kereta


---
Kemarin aku menjemputmu, kekasih. Tepat di depan pintu sesudah kereta melaju meninggalkan kaki ku. Kulihat sekeliling, masih lengang. Kulihat dua matamu yang penuh binar itu, rupanya tidak berubah meskipun jarak dan waktu membuatnya seolah hampir menyerah. Pipimu tetap manis, perpaduan buah pir dan peach yang merona. Aku menggandeng tanganmu. Kuperlihatkan bagaimana bintang memang tidak mau tampak saat siang hari karena kau pasti tahu bintang itu ialah perasaanmu.

Gerigi kereta mengantarmu tiba tepat di depan parasku. Kaku. Senyum ku menjadi terlalu mahal karena aku terlalu kasihan dengan diriku sendiri jika tidak bisa berlagak kalem di depanmu. Sial! Lagi-lagi kau yang memenangkan adu perasaan ini. Lagi-lagi aku kalah. Tapi ini adalah kekalahan yang pantas kurayakan pelan-pelan. Tawamu kembali menjadi obat yang harus diminum siang malam. Tuturmu yang sedikit terdengar lucu itu akan menjadi buku dongeng tidur sebelum aku terlelap. Seperti anak kecil yang hendak dibaringkan ibunya di kasur. Penuh keteduhan, tanpa pura-pura karena aku tahu kau tidak pernah memiliki kepura-puraan itu. 

Bagaimana kalau kita pergi makan di danau seperti biasanya? Aku memainkan petikan lagu dari Rex Orange atau mungkin The Beattles. Lalu kau menghela napas sambil tersenyum pulas padaku sembari merapikan anak-anak rambutmu yang jatuh membelai pipi. Memandang seluruh langit tanpa batas dan jeda. Minum teh hangat dan jahe kesukaan sambil menceritakan hidup yang terjadi pada langkah masing-masing.

Kekasih, bagaimana kereta mu hari ini?
Apakah dia berlaku jahat padamu?
Mengeraskan suara gerbongnya menyapa stasiun tepat pukul tiga. Kukira dia akan takut padaku kalau berani-berani membuatmu khawatir. 
Aku membawakanmu sebuah buku. Cuma tujuh belas halaman, tapi cerita mu tidak akan pernah habis untuk diceritakan. Bukankah kau tidak suka mawar?Kau lebih suka jus tomat dengan tiga sendok makan gula lalu diminum bersebelahan denganku yang sangat asing dengan buah-buahan itu.

Kereta baik padaku. Menurunkan penumpangnya untukku.

=====================================

Temukan kami di Instagram:
@pena.maulida_id 
@laylatulmaulida_

Komentar

Advertisement

Postingan populer dari blog ini

Senandika dan Dara

Bukan Sekarang, Mungkin Nanti

K E H I L A N G A N

Part of @baitfrasa_id

Find Us on Instagram !!!