Terkini

banyak semoga untuk kita

Gambar
hai teman frasa. rasanya sudah lama tidak saling sapa ya.  kita pernah menghabiskan waktu untuk menebak-nebak hidup. kita pernah duduk di tempat luas yang lapang untuk menerka-nerka kisah apa ya yang akan terjadi selanjutnya. kita pernah mengira-ngira jalan mana lagi yang akan jadi persimpangan dan pos berhenti. banyak harap yang tumbuh mekar berhamburan pada dunia kamu dan mungkin kita yang akhir-akhir kemarin sering banyak keresahan. dunia yang nyala padam di tengah lalu lalang banyak orang.  katamu, kita bukan pusat semesta, maka tidak ada yang berkewajiban senantiasa mengerti pelik isi kepala dan ruam jiwa yang membiru. kita berulang kali menyampaikan semoga di antara kata mudah-mudahan. semacam semoga kita sampai meski jalannya sangat jauh. semoga kita terus tabah meski seluruh kita sama-sama baru menjadi manusia dewasa pertama kalinya. di antara kosakata kacau dan jalan buntu, kita terus berusaha mencari pintu terbuka untuk berdiri, sekali lagi.  kita pernah berpikir

Bulan dan Sebuah Pesan dari Mama



---
"Mama, bulannya bagus malam ini. Tidak utuh sempurna, tapi tetap terang. Warnanya cerah seperti sebuah harapan"
"Kamu mau?"
"Mau apa?"
"Bulan itu"
"Memangnya bisa? Gimana caranya?"
"Kamu boleh kehilangan seluruhnya,tapi jangan dirimu sendiri"
"Jadi?"
"Jadilah bulan itu. Jadilah ia yang ngga selalu utuh, yang kadang cuma separuh, tapi ngga pernah kehilangan cahayanya sendiri. Cahaya itu harapan. Di dalamnya ada diri kamu yang tumbuh dan berkawan dengan dewasa yang menyakitkan. Apakah bulan selalu sempurna cahayanya, bentuknya, warnanya? Tidak kan? Tapi ia ngga pernah redup meski seluruh langit menjadi kelam. Justru karena langit gelap, ia akan semakin bercahaya"

Kamu juga begitu. Kamu akan tetap punya harapan sekalipun duniamu hilang, keyakinanmu padam, arah pandangmu samar, kamu tetap bagian dari cahaya itu. Meskipun ngga bisa sempurna, tapi dari separuh itu harapan selalu ada buat hadiah diri sendiri. Kalau diri sendiri ngga boleh hilang, ngga boleh redup. Biarkan semesta ngga percaya ke kamu, tapi satu yang pasti cahaya bulan itu akan selalu ikut kamu, kemanapun, se gelap apapun. Ya karena bulan itu adalah kamu"

Selajur harapan yang patah, seutas mimpi yang tidak sampai, segenggam doa yang tidak jadi nyata, gapapa. Saatnya menerima. Saatnya menjadi bagian dari lara. Bersahabatlah sebentar dengannya. Rasakan pelajaran apa saja yang didapat setelahnya. Semua gagal, luka, patah akan menghidupimu supaya tetap jadi manusia. Ia akan merawat kita sampai sembuh. Bahwa separuh akan tetap tumbuh jadi utuh yang lebih kuat, lebih tinggi, lebih baik. Manusia tidak pantas kalau cuma dapat senang dan riang. Manusia berhak merasakan patah dan gagal supaya sadar hakikat jadi manusia bukan cuma soal bahagia.

Jadilah rembulan itu, Sayang. Jadilah ia yang terus bercahaya meskipun separuh, meskipun tidak utuh. Jadilah rembulan itu, Sayang. Dengannya kamu akan terus merawat patahmu, mencintai gagalmu, menjadi aku yang tidak pernah kehilangan dirimu sendiri. Akan selalu ada lilin yang akan menyala lagi setelah ribuan langkahmu dipatahkan kembali. Rembulan disini, Sayang. Dirimu tetap berarti. Entah pagi atau petang. Sesudah datang, sesudah hilang.

=====================================

Temukan kami di Instagram:
@pena.maulida_id 
@laylatulmaulida_


Komentar

Advertisement

Postingan populer dari blog ini

Senandika dan Dara

Bukan Sekarang, Mungkin Nanti

K E H I L A N G A N

Part of @baitfrasa_id

Find Us on Instagram !!!