Terkini

banyak semoga untuk kita

Gambar
hai teman frasa. rasanya sudah lama tidak saling sapa ya.  kita pernah menghabiskan waktu untuk menebak-nebak hidup. kita pernah duduk di tempat luas yang lapang untuk menerka-nerka kisah apa ya yang akan terjadi selanjutnya. kita pernah mengira-ngira jalan mana lagi yang akan jadi persimpangan dan pos berhenti. banyak harap yang tumbuh mekar berhamburan pada dunia kamu dan mungkin kita yang akhir-akhir kemarin sering banyak keresahan. dunia yang nyala padam di tengah lalu lalang banyak orang.  katamu, kita bukan pusat semesta, maka tidak ada yang berkewajiban senantiasa mengerti pelik isi kepala dan ruam jiwa yang membiru. kita berulang kali menyampaikan semoga di antara kata mudah-mudahan. semacam semoga kita sampai meski jalannya sangat jauh. semoga kita terus tabah meski seluruh kita sama-sama baru menjadi manusia dewasa pertama kalinya. di antara kosakata kacau dan jalan buntu, kita terus berusaha mencari pintu terbuka untuk berdiri, sekali lagi.  kita pernah berpikir

elegi// pagi


Aku merasakan aroma hujan yang turun semalam ketika mata sudah ketiduran. Membasahi rumput ilalang di sebelah taman bunga ibu dan menyisakan kangen pada masa tanpa masalah dan ruang rindu paling ditunggu.

Pada suatu pagi,
Aku menyaksikan beberapa perasaan yang seharusnya selesai tapi sekarang dimulai. Mau tidak mau dibawa kemanapun kaki mau. Sudah sembuh atau masih berusaha, menerima semuanya adalah bagian berharga.

Pada suatu pagi,
Aku mendengar bahwa semalam bulan tidak tidur. Cuma menghitung berapa kali bintang berkedip. Merasakan sepoi angin di sela-sela malam yang fana. Menulis pesan buat matahari supaya besok bersinar dengan tulus. Tetap terang meski akan terganti, setelahnya.

Pada suatu pagi, 
Aku melihat ayah masih mencintai ibu. Aku melihat ibu tetap mau. Secangkir kopi hangat yang asapnya meluap membanjiri kelopak mata anaknya yang baru terbangun dari angan dan penantian. Apakah manusia selalu bisa menjanjikan kepastian? Seberapa jauh kita mengamini setiap kepercayaan?

Pada suatu pagi, 
Aku mendoakanmu lewat nyanyian burung yang tidak pernah berani masuk ke rumah. Cuma bertengger melihat perasaan manusia yang dipenuhi senang atau kecewa. Pak Sapardi bilang karena aku mencintaimu aku tidak pernah selesai mendoakanmu. Kiranya manusia lain pun begitu. Titip doa kepada merpati, disampaikan melalui awan, diturunkan kepada hujan, diteruskan kepada ia yang melihat hujan turun tanpa kekecewaan.

Pada suatu pagi,
Aku menyesap hawa dingin yang mencekam lebih kuat dari ketakutan. Apakah manusia selalu bertanggung jawab atas perasaannya, pemikirannya, dan pesan-pesan yang disampaikan penuh kelembutan?Seperti apa wujud menerima? Berbentuk apa ke- apa adanya itu? Seperti coklat yang manis? Atau permen rasa peach yang masam?

Pada suatu pagi,
Aku mengakhiri perasaan dengan menyepakati bahwa matahari datang tidak terlalu pagi. Sinarnya seraya menembus punggung dan membuat mata bercahaya tapi tidak lebih indah dari perempuan yang senyum dengan sederhana, itu.

Mau pergi ke mana hari ini? Ke langit supaya selalu merasa teduh? Mungkin pergi ke laut saja? Supaya tahu kalau jarak antara fajar dan senja adalah kita.

Komentar

Advertisement

Postingan populer dari blog ini

Senandika dan Dara

Bukan Sekarang, Mungkin Nanti

K E H I L A N G A N

Part of @baitfrasa_id

Find Us on Instagram !!!