Terkini

banyak semoga untuk kita

Gambar
hai teman frasa. rasanya sudah lama tidak saling sapa ya.  kita pernah menghabiskan waktu untuk menebak-nebak hidup. kita pernah duduk di tempat luas yang lapang untuk menerka-nerka kisah apa ya yang akan terjadi selanjutnya. kita pernah mengira-ngira jalan mana lagi yang akan jadi persimpangan dan pos berhenti. banyak harap yang tumbuh mekar berhamburan pada dunia kamu dan mungkin kita yang akhir-akhir kemarin sering banyak keresahan. dunia yang nyala padam di tengah lalu lalang banyak orang.  katamu, kita bukan pusat semesta, maka tidak ada yang berkewajiban senantiasa mengerti pelik isi kepala dan ruam jiwa yang membiru. kita berulang kali menyampaikan semoga di antara kata mudah-mudahan. semacam semoga kita sampai meski jalannya sangat jauh. semoga kita terus tabah meski seluruh kita sama-sama baru menjadi manusia dewasa pertama kalinya. di antara kosakata kacau dan jalan buntu, kita terus berusaha mencari pintu terbuka untuk berdiri, sekali lagi.  kita pernah berpikir

bersua rindu

Hari ini hujan turun Dik. Aku basah kuyup, dari ujung sepatu sampai dalamnya lembah perasaanku. Kau tahu, sebatang rumput dalam foto ini? Aku cabut dari lautan rindu yang memang sepantasnya aku selami. Bersamamu atau mungkin seorang diri. Hawa di pelupuk mataku menghembus dingin. Kiranya kau mau menanam ketulusan lebih sejuk dari ini, kesederhanaan apalagi yang patut kita cari setelah ini?

Nanti malam, aku sepertinya harus pergi. Menyenggami masa lalu untuk kutanya benarkah aku sudah pergi dari sana? Bertolak ke masa sekarang untuk kutanya benarkah disini kepalaku bisa menemui rumahnya? Menengok masa depan untuk kutanya benarkah kita ada diantara tanda tanya yang belum sempat terpecahkan jawabnya?Kalau aku bilang tidak kangen, kau tahu kan aku cuma bohong. Sepantasnya rindu memang harus dibayar tuntas, dengan temu atau mungkin sepenggal kata teduh yang merayu. Seharusnya aku disitu. Mungkin kita akan bertanggung jawab atas rindu masing-masing. Kemarilah, kekasih. Sebelum jarak dan dekat kembali menjadi asing.

Awan-awan yang aku kumpulkan tadi pagi adalah pesan yang belum sempat aku baca artinya. Benarkah isinya tentang sebuah kejujuran yang kau simpan sendirian? Berhak kah aku yang jauh dari kata "selalu menyenangkan" ini mengetahui isi di dalamnya? Bagaimana kalau nantinya aku tidak bisa merekatkan lem di balik amplop yang sederhana ini? Rasanya alasan juga tidak butuh alasan. Ya sudah, begitu saja. Apa kiranya, cukupkan saja.

Dik, apakah dunia juga mau memahami manusia? Isi kepala yang tidak selalu sama isinya. Arah kaki yang tidak selalu sejalan langkahnya. Kiranya kita di dalamnya, perasaan adalah kejujuran yang tidak bisa dipungkiri kesuciannya. Sedang menerka atau telah mengakhiri tanda tanya, Tuhan ada diantara kita. Dik, malam ini akan turun hujan, lagi. Kau baik-baik saja kan? Doa aku kirim dari sini. Semoga sampai. Semoga diamini.


Komentar

Advertisement

Postingan populer dari blog ini

Senandika dan Dara

Bukan Sekarang, Mungkin Nanti

K E H I L A N G A N

Part of @baitfrasa_id

Find Us on Instagram !!!