Terkini

banyak semoga untuk kita

Gambar
hai teman frasa. rasanya sudah lama tidak saling sapa ya.  kita pernah menghabiskan waktu untuk menebak-nebak hidup. kita pernah duduk di tempat luas yang lapang untuk menerka-nerka kisah apa ya yang akan terjadi selanjutnya. kita pernah mengira-ngira jalan mana lagi yang akan jadi persimpangan dan pos berhenti. banyak harap yang tumbuh mekar berhamburan pada dunia kamu dan mungkin kita yang akhir-akhir kemarin sering banyak keresahan. dunia yang nyala padam di tengah lalu lalang banyak orang.  katamu, kita bukan pusat semesta, maka tidak ada yang berkewajiban senantiasa mengerti pelik isi kepala dan ruam jiwa yang membiru. kita berulang kali menyampaikan semoga di antara kata mudah-mudahan. semacam semoga kita sampai meski jalannya sangat jauh. semoga kita terus tabah meski seluruh kita sama-sama baru menjadi manusia dewasa pertama kalinya. di antara kosakata kacau dan jalan buntu, kita terus berusaha mencari pintu terbuka untuk berdiri, sekali lagi.  kita pernah berpikir

Melukis Memori

Pada akhirnya, kita akan menjadi sebuah memori bagi seseorang. Sesuatu yang mungkin akan selalu dikenang menjadi isi kepala di masa depan. Sebab tidak bisa menjadi sempurna, berusaha untuk tidak memberi kenangan buruk mungkin salah satu caranya.

Setiap manusia yang ditautkan semesta, sejatinya adalah sebuah garis yang sudah di sketsa. Sebab memori tidak selamanya tentang perpisahan, sama-sama menabur dan merawat hal baik tidak ada salahnya kan? Entah akan dipisah jarak atau dibentang waktu, cerita baik akan menempel abadi dalam kepala. Begitupun yang tidak. Bekas-bekas menyedihkan masih nampak jejaknya. Namun satu yang pasti, kita tidak harus terjebak kan di dalamnya?

Bagi seseorang, kita menjadi isi kepala yang dilahirkan oleh banyak cerita. Lewat kesalahan, perpisahan, sebuah temu, sebuah percakapan bahkan hal-hal kecil yang rasanya memang patut untuk selalu disimpan. Bersama perasaan, ingatan, juga kenangan.

Entah diingat sebagai langit yang selalu biru, senja yang senantiasa pergi, atau pelangi yang datang berkali-kali, manusia menciptakan memorinya sendiri. Menetap abadi. Menjadi isi kepala yang tidak pernah mati. Menjelma jadi secarik lukisan, sebuah lagu, sebaris puisi atau mungkin dipajang apik sebagai cindera mata di dalam hati.

Jika seyogyanya tidak bisa menciptakan lukisan yang sempurna, jangan rubah warna aslinya. Manusia adalah ia yang akan terombang-ambing di dalam perasaannya sendiri. Hal kecil yang tidak disadari pun bisa menyakiti. Lantas , bagaimana dengan yang tampak dan bisa dirasakan dengan hati? Kita, akan jadi memori. Baik buruk isinya, kita menjadi tokoh di dalamnya. Diingat sebagai sebuah akhir atau menjadi dekat untuk sebuah awalan, menerima sedalam-dalamnya adalah sebuah jalan.

Komentar

Advertisement

Postingan populer dari blog ini

Senandika dan Dara

Bukan Sekarang, Mungkin Nanti

K E H I L A N G A N

Part of @baitfrasa_id

Find Us on Instagram !!!