Terkini

banyak semoga untuk kita

Gambar
hai teman frasa. rasanya sudah lama tidak saling sapa ya.  kita pernah menghabiskan waktu untuk menebak-nebak hidup. kita pernah duduk di tempat luas yang lapang untuk menerka-nerka kisah apa ya yang akan terjadi selanjutnya. kita pernah mengira-ngira jalan mana lagi yang akan jadi persimpangan dan pos berhenti. banyak harap yang tumbuh mekar berhamburan pada dunia kamu dan mungkin kita yang akhir-akhir kemarin sering banyak keresahan. dunia yang nyala padam di tengah lalu lalang banyak orang.  katamu, kita bukan pusat semesta, maka tidak ada yang berkewajiban senantiasa mengerti pelik isi kepala dan ruam jiwa yang membiru. kita berulang kali menyampaikan semoga di antara kata mudah-mudahan. semacam semoga kita sampai meski jalannya sangat jauh. semoga kita terus tabah meski seluruh kita sama-sama baru menjadi manusia dewasa pertama kalinya. di antara kosakata kacau dan jalan buntu, kita terus berusaha mencari pintu terbuka untuk berdiri, sekali lagi.  kita pernah berpikir

Layaknya Bulan

Tidak ada jarak paling dekat setelah hilang selain kembali. Kalau tidak benar-benar utuh, selalu ada sesuatu untuk jadi obat sembuh.

Baik yang sedang atau baru saja dimulai, manusia memiliki bagian-bagian kecil dalam hidup. Dirawat supaya tetap sehat. Dijaga supaya tetap kuat diajak menuju bab selanjutnya. Mungkin manusia akan leluasa untuk menceritakan sesuatu kepada lainnya. Lantas, masing-masing dari kita memilih jalan aman untuk menemui Tuhan dalam sebuah perbincangan.

Pada setiap sujud terakhir, harapan menjadi doa-doa yang panjang. Memuat seluruh keterangan tentang bagaimana manusia jujur terhadap perasaannya sendiri. Tepat sekali, sebab Tuhan memang tidak pernah menghakimi.

Sementara di pertengahan jalan, manusia diuji. Kuat tidak hatinya. Goyah tidak kepercayaannya. Kokoh tidak prasangka baiknya. Sembari kita tetap mencintai apa yang ada di genggaman tangan. Merawat hal kecil yang tidak terlihat untuk tetap dapat dirasakan dengan tenang dan aman.

Kalau tidak ada sekat, mungkin tidak akan ada dekat. Sejauh perasaan memendam, akan ada cerita-cerita istimewa yang hanya diperdengarkan kepada Tuhan. Kalau bukan pada sepertiga malam, dituangkannya pada selarik keterangan. Mungkin di selembar kertas atau sebuah percakapan. Mungkin dalam air mata bahagia atau senyum sedih berlatar duka.

Spesial. Tidak ditemukan pada yang lain. Sebab manusia layaknya bulan. Sekalipun sendiri, ia tidak terganti. Segala semesta turut membentuknya. Kita jadi bagian di dalamnya.


Komentar

Advertisement

Postingan populer dari blog ini

Senandika dan Dara

Bukan Sekarang, Mungkin Nanti

K E H I L A N G A N

Part of @baitfrasa_id

Find Us on Instagram !!!