Terkini

banyak semoga untuk kita

Gambar
hai teman frasa. rasanya sudah lama tidak saling sapa ya.  kita pernah menghabiskan waktu untuk menebak-nebak hidup. kita pernah duduk di tempat luas yang lapang untuk menerka-nerka kisah apa ya yang akan terjadi selanjutnya. kita pernah mengira-ngira jalan mana lagi yang akan jadi persimpangan dan pos berhenti. banyak harap yang tumbuh mekar berhamburan pada dunia kamu dan mungkin kita yang akhir-akhir kemarin sering banyak keresahan. dunia yang nyala padam di tengah lalu lalang banyak orang.  katamu, kita bukan pusat semesta, maka tidak ada yang berkewajiban senantiasa mengerti pelik isi kepala dan ruam jiwa yang membiru. kita berulang kali menyampaikan semoga di antara kata mudah-mudahan. semacam semoga kita sampai meski jalannya sangat jauh. semoga kita terus tabah meski seluruh kita sama-sama baru menjadi manusia dewasa pertama kalinya. di antara kosakata kacau dan jalan buntu, kita terus berusaha mencari pintu terbuka untuk berdiri, sekali lagi.  kita pernah berpikir

Surat untuk Tan



Sayang sekali ya Tuan. Pengabdi platform sosial media seperti kami belum juga selesai merampungkan Madilog atau Gerpolek. Mau baca buku ada saja alasannya seribu. Berbalas komentar di Instagram, ngoceh sendiri di Twitter atau sekadar scroll timeline di malam hari.

Bagaimana Tuan? Rasanya dilahirkan menjadi seorang revolusioner tapi dikepung banyak persepsi dari bangsa sendiri. Lagi-lagi, sayang sekali aku belum lahir saat kau mati-matian menjadi barisan nasionalis yang tegas tapi kritis. Kalapun saja aku tidak bisa membantu memberi pandangan pemerintahan,aku mau saja mendengarkan mu membahas tentang ide-ide cerdik menulis di sela-sela keterasingan. Menulis banyak bab dan halaman dari jeruji penjara. Apa kabar kami yang menjadi kaum rebahan sejati atau yang pamer eksistensi tapi nol besar mengenal diri sendiri.

Belasan tahun silam, aku pernah mengerjakan sepuluh soal matematika di papan tulis. Tuan tahu tidak? Malam sebelumnya aku menghafal banyak rumus. Menghafal banyak angka. Menjadi anak kecil yang sangat teoritis. Seperti katamu kan? Bahwa menghafal tidak menambah kecedasan,menjadikan bodoh dan mekanis seperti mesin. Kami menjalaninya sampai sekarang Tuan. Apa kau mau bersimpatik akan hal ini?

Menurut Tuan anak muda sah-sah saja kan mencintai seseorang? Sepelik apapun drama anak milenial tahun 90 -an, rasanya aku ingin menulis balada tentang perjalanan cintamu yang senantiasa abadi. Betapa beruntung para perempuan itu dicintai laki-laki yang sudah lebih dulu mencintai bangsanya sendiri. Ditolak cinta atau patah hati kesekian kalinya, prioritas perasaanmu tetap pada negara supaya tetap baik-baik saja. Seandainya aku adalah seorang peramal yang sopan, kukira perasaanmu seperti dikoyak oleh jarum dan jerami. Lukanya tidak pernah menemui tepi. Separuh hatimu yang ganjil belum sempat menemui genap sampai di akhir hayat.

Tuan menjadi orang pertama yang menulis konsep Republik Indonesia dan mati di ujung senapan tentara milik bangsa sendiri. Tuan, apa kau merasa sangat lapang kala itu?

Toko buku masih ada, selama itu tetap ada pustaka. Kalau perlu, makanan dan pakaian dikurangi. Layaknya edelweis, Tuan senantiasa abadi.

Komentar

Advertisement

Postingan populer dari blog ini

Senandika dan Dara

Bukan Sekarang, Mungkin Nanti

K E H I L A N G A N

Part of @baitfrasa_id

Find Us on Instagram !!!