Terkini

banyak semoga untuk kita

Gambar
hai teman frasa. rasanya sudah lama tidak saling sapa ya.  kita pernah menghabiskan waktu untuk menebak-nebak hidup. kita pernah duduk di tempat luas yang lapang untuk menerka-nerka kisah apa ya yang akan terjadi selanjutnya. kita pernah mengira-ngira jalan mana lagi yang akan jadi persimpangan dan pos berhenti. banyak harap yang tumbuh mekar berhamburan pada dunia kamu dan mungkin kita yang akhir-akhir kemarin sering banyak keresahan. dunia yang nyala padam di tengah lalu lalang banyak orang.  katamu, kita bukan pusat semesta, maka tidak ada yang berkewajiban senantiasa mengerti pelik isi kepala dan ruam jiwa yang membiru. kita berulang kali menyampaikan semoga di antara kata mudah-mudahan. semacam semoga kita sampai meski jalannya sangat jauh. semoga kita terus tabah meski seluruh kita sama-sama baru menjadi manusia dewasa pertama kalinya. di antara kosakata kacau dan jalan buntu, kita terus berusaha mencari pintu terbuka untuk berdiri, sekali lagi.  kita pernah berpikir

Mampukah Berdamai Dengan Kesedihan?


Beberapa kesedihan dirasa tidak cukup untuk sekadar diluapkan. Ditangisi misalnya. Disesalkan di akhir ceritanya. Atau mati-matian dihabiskan di hari itu juga. Sebagian manusia memilih melepaskan kesedihan sebesar-besarnya. Asal lupa dan tidak pernah kembali jadi cerita. Sebagian melupakan sekeras-kerasnya. Asal hilang dan tidak pernah lagi ditemukan. Cerita, jejak, memori, sampai manusianya pun coba untuk sekerasnya dilupakan. Tidak salah. Karena manusia punya jalan masing-masing mengembalikan ketenanangannya. 

Pada satu titik, sebagian atau semua orang akan sadar. Bahwa beberapa kesedihan atau bahkan kehilangan tidak butuh diselesaikan. Tidak butuh dilenyapkan. Tapi cuma butuh diterima. Diterima seluas-luasnya sebagai tulisan salah yang butuh ditemukan penghapusnya. Tidak perlu dicoret biarkan tetap utuh sebab tulisan akan menjadi buram pada waktunya. Semakin tak terlihat, kusut dan hilang sendirinya.

Beberapa kesedihan, beberapa kehilangan, beberapa kepahitan di belakang tidak perlu disalahkan dan dikutuk keberadaannya. Dibuang sampai jauh, dihilangkan sampai luruh, beberapa kesedihan memang rasanya tidak butuh penolakan. Ia hanya perlu diterima, dimengerti dan ditemukan maknanya.

Beberapa orang tidak mengambil pelajaran baik dari kesedihan sebelumnya. Sampai-sampai lupa saat senang sedang manis-manisnya ada banyak celah buat sedih datang sebagai tamunya. Beberapa dari kita suka memberi makan ego terus menerus. Gelap untuk melihat sesuatu dari banyak kacamata. Menuhankan senang dan meminoritaskan sedih. Tidak bisa seimbang atau bahkan untuk memberi diri sendiri kekuatan agar tetap jalan ke depan.

Sekali lagi, beberapa sedih tidak butuh penolakan. Beberapa kehilangan pun cuma butuh buat diterima. Berdamai dengan yang pahit itu perlu. Tidak cuma mati-matian menghilangkan tapi sebenarnya tidak tahu apa yang sebaiknya diambil sebagai peringatan.
Bahagia dan sedih yang dirasakan akan seimbang. Kita pasti dapat melewatinya, berdamai dengan kesedihan. Serta jangan lupa ambil sebagai sebuah pelajaran. Hidup di bumi ini tentang belajar bukan?

Komentar

Advertisement

Postingan populer dari blog ini

Senandika dan Dara

Bukan Sekarang, Mungkin Nanti

K E H I L A N G A N

Part of @baitfrasa_id

Find Us on Instagram !!!